Apa yang Terjadi pada Hasil Panen Petani?

KUB Tani Gempita (Karawang) - Berbulabulan, petani menghadirkan segenap dirinya, siang dan malam, menghuni ruang, melakoni waktu. Ruang yang panas mataharinya tak bisa diguyur dinginnya embus udara AC. Waktu yang tiktaktiktaknya selalu kalah lambat oleh denyut jantung mereka yang berdentamdentam.

Semasa itu, selelah itulah petani menghidupi perut seisi dunia. Kita teramat sangat keliru jika masih berpikir bahwa petani hanya bertani untuk dirinya dan lingkaran keluarganya. Faktanya.mereka bertani untuk perut semua bangsa. Dari belasan atau puluhan karung padi yang mereka hasilkan, hanya 2 atau 3 yang disimpan. Sisanya disebarkan ke pasarpasar, ke meja makan di dapur kita, ke dalam usus di perut kita.

Lantas, apakah petani menjadi sejahtera? Belum! Hakhak mereka untuk sejahtera banyak yang raib, direbut, diganyang, dirampok oleh siapa? Salah satunya oleh kita sendiri yang lebih bangga membeli beras di mal mewah ketimbang membeli beras dari koperasi petani atau KUB Tani atau marketmarket bentukan petani yang di mata kita dipandang terlalu sederhana.

Paska Panen dan Kesejahteraan Petani
Salah satu dimensi bertani yang masih belum mampu dikuasi sebagian besar petani Indonesia adalah paska panen. Ya petani begitu memesona ketika mereka hadir dalam fase produksi, mereka bagai para dewa yang mengerti bagaimana berdialog dengan alam raya dengan ruang dan waktu. Akan tetapi setelah itu, seakan mereka kehilangan segalanya.


KUB TANI GEMPITA

Paska panen adalah dimensi yang berbeda, dimensi yang di dalamnya petani harus bertempur melawan berjutajuta serigala. Lagi, salah satu serigalanya adalah kita yang demen mencap produk langsung petani sebagai nggak kini.

Mengelola Hasil Panen
Bicara paska panen memang tak sederhana, akan tetapj perlahan itu bisa digagas dan dikondisikan dengan saksama. Petani hanya butuh tangan yang memberi tunjuk arah, tentang bagaimana membuat badan hukum lembaga, tentang bagaimana mengemas hasil panen merek, tentang bagaimana menggedor pintupintu pasar yang lebih merajalela, tentang bagaimana merdeka dari rasa terancam hasil panennya tak laku atau ditekan dengan harga jauh di bawah standar kelayakan.

Detailnya seperti apa? Akan kita kupas dalam tulisan berbeda, untuk saat ini biarkan saya berpropaganda. Terimakasih telah membaca dan silakan berbagi, kita sejahterakan petani sejak dari dalam pikiran.

Sedang di Bandung, 21 Oktober 2017
Acep Kamal (Petani penggarap lahan tidur)

No comments

Powered by Blogger.