Menjadi Petani, Menjadi Ubermensch!

KUB Tani Gempita (Karawang) – Membludaknya pelamar CPNS di Kementrian Pertanian entahlah harus kami sikapi sebagai kebahagiaan atau biasa-biasa saja. Bila itu dianggap sebagai indikator kebaikan bagi dunia pertanian, ya semoga demikian. Semoga para pelamar yang lolos di kemudian hari mampu menjadi pegawai negara yang mengabdikan jiwa-raganya untuk petani Indonesia.

Menjadi petani bagi petani adalah perjalanan diri dalam harmoni alam semesta. Perjalanan yang hanya utuh ketika dihadirkan dalam bentuk pergulatan eksistensial antara dirinya dan alam di sekitar, antara akal dan musim di langit sana, antara jiwa dan lanskap tanah di bawahnya, antara indera dan embus angin di sekitarnya.

Menjadi petani bukan sekadar perjalanan menjadi manusia (human being), menjadi manusia bagi Nietzsche tak cukup sekadar menjadi human saja, menjadi being saja, melainkan menjadi ubermensch! Ya menjadi petani adalah menjadi ubersmench!

Menjadi Petani Menjadi Ubersmench!
Keberontakan yang diandaikan oleh Albert Camus pada dimensi sakral sebagaimana Sisifus yang meledek dewa kematian, itu tak lagi asing bagi petani. Menjadi petani adalah menjadi berontak, menjadi pemberontak.


Tahun 1998, ketika krisis ekonomi menjadi Tuhan yang menghancurkan roda ekonomi bangsa. Petani adalah salah satu pemberontak, mereka masih bisa terbahak di tengah kegetiran. Mereka menjadi sosok yang terus mendaki musim, tak peduli dunia di sekitarnya ambruk dan remuk.

Petani tak pernah beranjak, mereka senantiasa bersetia pada ladang dan sawahnya. Dengan segala daya upaya mencoba tetap tegak di atas kedua kakinya tanpa coba meminjam tongkat pada sesiapa.


Acep Kamal
Petani penggarap lahan tidur.

No comments

Powered by Blogger.